MANAKALA BUMI BERBICARA
Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA
Hari kiamat adalah rentetan berbagai peristiwa dahsyat yang mengerikan. Membuat bulu kuduk merinding. Membayangkannya bisa menjadi motivasi untuk lebih giat beramal, sekaligus mencegah untuk tenggelam dalam kubangan dosa.
Di antara peristiwa mencengangkan yang terjadi saat itu adalah kesaksian bumi. Benda-benda yang tak pernah terbayangkan akan berbicara, ternyata bisa berbicara. Tanah, batu, pohon dan lain sebagainya. Mereka akan melaporkan aktivitas manusia—yang baik maupun yang buruk—yang mereka ‘saksikan’ semasa hidup manusia di muka bumi.
Allah ta’ala berfirman,
“يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا”
Artinya: “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya”. QS. Az-Zalzalah (99): 4.
Ayat di atas menjelaskan bahwa bumi akan menyampaikan beritanya. Apa maksud dari berita tersebut? Ada beberapa penafsiran yang dikemukakan oleh para ahli tafsir. Mayoritas ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah bumi akan menceritakan perbuatan baik ataupun buruk para hamba yang mereka lakukan di atasnya.
Penafsiran ini dilandaskan—antara lain—pada hadits sahih berikut:
Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Sha’sha’ah bercerita bahwa suatu hari Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallahu ’anhu berkata padanya, “Aku melihatmu menyukai kambing dan gurun. Apabila engkau sedang menggembalakan kambingmu di gurun lalu datang waktu shalat, maka angkatlah suaramu saat adzan. Sesungguhnya siapapun yang mendengar suara muadzin, entah itu jin, manusia atau apapun juga, pasti ia akan bersaksi pada hari kiamat”. Abu Sa’id melanjutkan, “Aku mendengarkan hadits ini langsung dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam”. HR. Bukhari.
Ada juga hadits lain yang lebih gamblang menjelaskan hal tersebut, walaupun hadits ini masih diperselisihkan kesahihannya oleh para ulama. Yaitu hadits Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu yang berbunyi,
“Suatu hari Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam membaca ayat “Pada hari itu bumi menyampaikan berita-beritanya”. (QS. Az-Zalzalah/99: 4). Beliau bertanya, “Tahukah kalian apa berita-berita tersebut?”. Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda, “Maksud dari berita-berita itu adalah kesaksian bumi tentang perbuatan para hamba yang mereka lakukan di atasnya. Bumi berkata, “Si fulan berbuat anu dan itu di hari anu dan itu”. Itulah maksud dari berita-berita tersebut”. (HR. Tirmidziy. Ibn Hibban, al-Hakim dan adz-Dzahabiy menilai hadits ini sahih, namun al-Albaniy menyatakan hadits ini dhaif).
Dikisahkan bahwa warga Bani Salamah tinggal di perkampungan yang cukup jauh dari Masjid Nabawi. Mereka berkeinginan untuk pindah ke wilayah yang dekat dengan masjid. Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar kabar tersebut, beliau bersabda, “Wahai Bani Salamah, tetap tinggallah di perkampungan kalian. Jejak-jejak kaki kalian saat berangkat ke masjid akan dicatat sebagai pahala”. Mereka pun tidak jadi pindah. (HR. Muslim).
Seluruh penjelasan di atas seharusnya memotivasi kita untuk konsisten beramal salih, sekalipun tidak ada manusia yang melihat. Sebab Allah pasti mengetahuinya dan kelak bumi juga akan bersaksi tentang kebaikan itu. Sebaliknya berhati-hatilah dari perbuatan maksiat, sekalipun tidak ada manusia yang melihat. Sebab Allah pasti mengetahuinya dan bumi juga kelak akan melaporkan keburukan itu.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at, 27 R. Tsani 1443 / 3 Desember 2021